BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Iman secara etimologis berasal dari bahasa arab
(al-imannu) yang mempunyai arti percaya. Iman sendiri mempunyai cabang-cabangnya,
dan ada 77 cabang iman.
Yang selama ini masih kurang untuk dipahami dan di maknai
oleh semua manusia, umumnya masyarakat Indonesia, baik dalam kalangan pelajar
mahasiswa, orang tua, bahkan sampai kalangan pemerintah dan artis..
Yang itu semua disebabkan karena kurang pengetahuan
masyrakat terhadap cabang-cabang iman, sehingga melupakan pengertian iman dan
cabang-cabng iman yang hendaknya dilakukan dalam mendekatkan diri pada Ilahi
Robbi, tapi malah dilalaikan dalam pelaksanaan ibadah sendiri, seperti: kebanyakan
orang menyatakan iman kepada Allah Subhanahuwata’ala, tetapi mereka masih menduakan Allah dengan melakukan
perbuatan syirik. Ada juga yang menyatakan beriman kepada nabi besar Muhammad
S.A.W sebgai nabi terakhir dan rosul umat islam, tetapi masih juga mempercayai
akan adanya nabi-nabi baru. Hal ini menyebabkan pengertian iman itu hanya
ucapak belak yang tidak berarti lagi dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian iman ?
2. Apa
hukum melaksanakan iman ?
3. Apa
saja cabang-cabang iman?
4. Apa
hikmah beriman ?
C.
Tujuan
1. Ingin
mengetahui lebih luas dan mendalam tentang iman, yang kemudian mengenalkan
lebih luas tentang cabang-cabang iman tersebut agar bisa diketahui bersama.
2. Mengajak
seluruh umat muslim untuk melaksanakan dalam kehidupan sehari - harinya sesuai kemampuan masing – masing
sesuai kemampuan pribadinya.
3. Agar
rahmat dan anugrah Alloh SWT, selalu diturunkan untuk kebahagiaan kehidupan
berbangsa dan bernegara bisa tercapai aman, damai, indah dan menentramkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KETENTUAN IMAN
1.
Pengertian
Iman
Pengertian iman secara etimologi yaitu iman berasal dari
kata amana – yu’minu – imana yang artinya percara.
Sedangkan pengertian iman seara terminologi ialah
iman adalah ‘aqdun bil qalbi, waiqraarun billisaani, wa'amalun bil arkaan yang
artinya diyakini dengan hati diucapkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal
perbuatan.Dalam kitab suci al-qur’an juga sudah diterangkan tentang iman, yaitu
terdapat dalam Al Qur’an Surah An Nahl
Ayat 97 :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dari keteranga ayat al-qur’an tersebut kita menyimpulkan bahwa kita sebagai
umat muslim harus mempunyai iman atau kepercayan terhadap sesuatu yang telah
benar akan keberadaanya.
Dan menurut hadist Rasulullah bersabda (ketika ditanya oleh Jibril tentang
permasalahan Iman) :
الإيمان أن تؤمن بالله و ملائكته و
كتبه و رسله و اليوم الآخر و تؤمن باالقدر خيره و شره… رواه مسلم
“ Iman itu adalah beriman kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, dan
beriman kepada taqdir Allah yang baik maupun yang buruk.
[HR. Muslim]
Dari hadits ini diterangkan bahwa kita harus
beriman kepada Allah sebagai tuhan kita, malaikat Allah sebagai makhluk yang
dipercayai oleh allah, rosul kita Muhammad SAW sebagai rosul atau nabi terakhir
bagi kita, kita juga harus mempercayai akan adanya hari akhhir, dan kita juga
harus percaya bahwa kita sudah di takdirkan dengan kehendak-Nya.
2.
Hukum Melaksanakan Iman
Di dalam kitab suci Al-Qur’an sudah di jelaskan
bahwa kita sebagai umat islam harus mempunyai iman. Salah satunya terdapat di
Q.S. AL A’raf : 96

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.”
Dari ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa kita diwajibkan mempunyai iman.
Apabila kita tidak mempunyai iman pasti akan mendapatkan ganjaran atau balasan
di akhirat nanti.
B.
CABANG-CABANG IMAN
Iman itu mempunyai beberapa cabang, dan salah satu
cabangnya yang palin tertinggi ialah mengucapkan lafaz laillahaillallah sementara cabang iman yang rendah ialah dengan menyingkirkan barang yang
tidak baik di jalan. Dalam hadits juga sudah di terangkan tentang cabang-cabang
iman itu sendiri, yang berbunyi :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ
بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ
الإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Iman itu ada
tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan
‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan
sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits diatas kita dapat
mengetahui bahwa sesungguhnya iman itu terbagi menjadi sekitar tujuh puluhan.
Dan disini penulis akan menyampaikan beberapa cabang-cabang iman, diantaranya :
- Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Hati
1)
Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa
Allah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya.
2)
Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya. Dialah yang Esa.
3)
Beriman kepada para malaikat.
4)
Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya.
5)
Beriman kepada para Rasul.
6)
Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu dating dari
Allah.
7)
Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur,
kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat.
8) Meyakini
akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya.
9)
Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya.
10) Mencintai ALLAH
11) Mencintai karena Allah dan
membenci karena Allah termasuk mencintai para sahabat, khususnya Muhajirin dan
Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan keturunannya.
12) Mencintai Rasulullah saw,
termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat atasnya, dan mengikuti
sunnahnya.
13) Ikhlash, tidak riya dalam
beramal dan menjauhi nifaq.
14) Bertaubat, menyesali
dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan mengulanginya lagi.
15) Takut kepada Allah.
16) Selalu mengharap Rahmat
Allah.
17) Tidak berputus asa dari
Rahmat Allah.
18) Syukur.
19) Menunaikan amanah.
20) Sabar.
21) Tawadhu dan menghormati
yang lebih tua.
22) Kasih saying, termasuk
mencintai anak-anak kecil.
23) Menerima dan ridha dengan
apa yang telah ditakdirkan.
24) Tawakkal.
25) Meninggalkan sifat
takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa nafsu.
26) Tidak dengki dan iri hati.
27) Rasa malu.
28) Tidak menjadi pemarah.
29) Tidak menipu, termasuk
tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan atau maker kepada
siapapun.
30) Mengeluarkan segala cinta
dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.
2. Yang Berhubungan dengan Lidah
31) Membaca kalimat Thayyibah.
32) Membaca Al Quran yang
suci.
33) Menuntut ilmu.
34) Mengajarkan ilmu.
35) Berdoa.
36) Dzikrullah, termasuk
istighfar.
37) Menghindari bicara
sia-sia.
3. Yang berhubungan dengan Anggota
Tubuh
38) Bersuci. Termasuk kesucian
badan, pakaian, dan tempat tinggal.
39) Menjaga shalat. Termasuk
shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
40) Bersedekah. Termasuk zakat
fitrah, zakat harta, member makan, memuliakan tamu, serta membebaskan hamba
sahaya.
41) Berpuasa, wajib maupun
sunnah.
42) Haji, fardhu maupun
sunnah.
43) Beriktikaf, termasuk
mencari lailatul qadar di dalamnya.
44) Menjaga agama dan
meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara waktu.
45) Menyempurnakan nazar.
46) Menyempurnakan sumpah.
47) Menyempurnakan kifarah.
48) Menutup aurat ketika
shalat dan di luar shalat.
49) Berkorban hewan, termasuk
memperhatikan hewan korban yang akan disembelih dan menjaganya dengan baik.
50) Mengurus jenazah.
51) Menunaikan utang.
52) Meluruskan mu’amalah dan
meninggalkan riba.
53) Bersaksi benar dan jujur,
tidak menutupi kebenaran.
54) Menikah untuk menghindari
perbuatan keji dan haram.
55) Menunaikan hak keluarga
dan sanak kerabat, serta menunaikan hak hamba sahaya.
56) Berbakti dan menunaikan
hak orang tua.
57) Mendidikan anak-anak
dengan tarbiyah yang baik.
58) Menjaga silaturrahmi.
59) Taat kepada orang tua atau
yang dituakan dalam agama.
60) Menegakkan pemerintahan
yang adil
61) Mendukung jemaah yang
bergerak di dalam kebenaran.
62) Mentaati hakim
(pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
63) Memperbaiki mu’amalah
dengan sesama.
64) Membantu orang lain dalam
kebaikan.
65) Amar makruh Nahi Mungkar.
66) Menegakkan hukum Islam.
67) Berjihad, termasuk menjaga
perbatasan.
68) Menunaikan amanah,
termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
69) Memberi dan membayar
utang.
70) Memberikan hak tetangga
dan memuliakannya.
71) Mencari harta dengan cara
yang halal.
72) Menyumbangkan harta pada
tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
73) Memberi dan menjawab
salam.
74) Mendoakan orang yang
bersin.
75) Menghindari perbuatan yang
merugikan dan menyusahkan orang lain.
76) Menghindari permainan dan
senda gurau.
77) Menjauhkan benda-benda
yang mengganggu di jalan.
Dengan terbagiunya iman itu,
semoga kita menjadi lebih tahu dan mengamalkan iman kita terhadap sang maha
kuasa supaya kita sebagai umat muslim menjadi lebih bertaqwa dengan cara
mengamalkan perbuatan-perbuatan baik dan menjauhi segala larangan Allah SWT.
Iman itu mempunyai tingkatan, dan di sini penulis
akan menyampaikan beberapa tingkatan iman.
Tingkatan-tingkatan
Iman:
Iman
itu memiliki rasa, manis dan hakekat.
1.
Adapun rasanya iman, maka Nabi Muhammad SAW menjelaskan dengan
sabda-Nya: "Yang
merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai
agama, danMuhammad r sebagai rasul." (HR. Muslim)
2.
Adapun manisnya iman, maka Nabi Muhammad SAW menjelaskan dengansabdanya:
"Ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang,niscaya dia
merasakan nikmatnya iman: bahwa Allah I dan Rasul-Nya r lebih
dicintainya dari apapun selain keduanya, dia tidakmencintai seseorang kecuali
karena Allah I, dan dia benci kembalikepada kekafiran sebagaimana dia
benci dilemparkan dalam apineraka." (Muttafaqun 'alaih)
3.
Adapun hakekat iman, maka bisa
didapatkan oleh orang yang memiliki
hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah, berhijrah
dan menolong, berjihad dan berinfak.
C.
HIKMAH
BERIMAN
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah
SWT yang telah mengutus para rasul untuk menyampaikan risalahnya.
2. Hidup manusia menjadi tertata karena
adanya hukum yang bersumber pada kitab suci.
3. Termotovasi untuk beribadah dan menjalankan
kewajiban-kewajiban agama, seperti yang tertuang dalam kitab suci.
4. Menumbuhkan sikap optimis karena
telah dikaruniai pedoman hidup dari Allah untuk meraih kesuksesan baik di dunia
maupun di akhirat.
5. Terjaga
ketakwaannya dengan selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua lara.
6. Rajin
beribadah kepada Allah SWT.
7. Menumbuhkan
rasa senang untuk berperilaku yang baik.
8. Terdorong
untuk menghindari perbuatan dan perilaku yang tidak baik maupun tercela.
9. Menambah
rasa keyakinan kita terhadap Allah SWT, Kitab Allah, Malaikat Allah, Rosul
Allah dan Harin Akhir.
10. Menambah ketaqwaan kita terhadap
Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jadi kita sebagai manusia harus mempunyai rasa
iman terhadap Allah SWT, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitap Allah,
Rasul-rasul Allah, hari akhir dan Qada dan Qadar.
Dengan cara mengamalkan perbuatan-perbuatan yang
baik, dan meningkatkan ibadah kita terhadap Allah SWT.
B.
Saran
Jadi
kita sebagai manusia di dunia ini harus diwajibkan mempunyai iman. Karena
dengan adanya iman kita menjadi yakin bahwa segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini hanya kehendak sang maha kuasa. Dengan begitu marilah kita sebagai
umat muslim meningkatkan iman kita terhadap Allah SWT.
DAFTAR ISI
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2009, Himpunan Putusan
Tarjih Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar