Minggu, 28 Agustus 2016

Cabang-Cabang Iman Dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Iman secara etimologis berasal dari bahasa arab (al-imannu) yang mempunyai arti percaya. Iman sendiri mempunyai cabang-cabangnya, dan ada 77 cabang iman.
Yang selama ini masih kurang untuk dipahami dan di maknai oleh semua manusia, umumnya masyarakat Indonesia, baik dalam kalangan pelajar mahasiswa, orang tua, bahkan sampai kalangan pemerintah dan artis..
Yang itu semua disebabkan karena kurang pengetahuan masyrakat terhadap cabang-cabang iman, sehingga melupakan pengertian iman dan cabang-cabng iman yang hendaknya dilakukan dalam mendekatkan diri pada Ilahi Robbi, tapi malah dilalaikan dalam pelaksanaan ibadah sendiri, seperti: kebanyakan orang menyatakan iman kepada Allah Subhanahuwata’ala, tetapi mereka masih menduakan Allah dengan melakukan perbuatan syirik. Ada juga yang menyatakan beriman kepada nabi besar Muhammad S.A.W sebgai nabi terakhir dan rosul umat islam, tetapi masih juga mempercayai akan adanya nabi-nabi baru. Hal ini menyebabkan pengertian iman itu hanya ucapak belak yang tidak berarti lagi dalam kehidupan sehari-hari.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian iman ?
2.    Apa hukum melaksanakan iman ?
3.    Apa saja cabang-cabang iman?
4.    Apa hikmah beriman ?



C.    Tujuan
1.      Ingin mengetahui lebih luas dan mendalam tentang iman, yang kemudian mengenalkan lebih luas tentang cabang-cabang iman tersebut agar bisa diketahui bersama.
2.      Mengajak seluruh umat muslim untuk melaksanakan dalam kehidupan sehari  - harinya sesuai kemampuan masing – masing sesuai kemampuan pribadinya.
3.      Agar rahmat dan anugrah Alloh SWT, selalu diturunkan untuk kebahagiaan kehidupan berbangsa dan bernegara bisa tercapai aman, damai, indah dan menentramkan.











BAB II
PEMBAHASAN


A.    KETENTUAN  IMAN
1.      Pengertian Iman
Pengertian iman secara etimologi yaitu iman berasal dari kata amana – yu’minu – imana yang artinya percara.
Sedangkan pengertian iman seara terminologi ialah iman adalah ‘aqdun bil qalbi, waiqraarun billisaani, wa'amalun bil arkaan yang artinya diyakini dengan hati diucapkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal perbuatan.Dalam kitab suci al-qur’an juga sudah diterangkan tentang iman, yaitu terdapat dalam Al Qur’an Surah An Nahl Ayat 97 :
16:97

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dari keteranga ayat al-qur’an tersebut kita menyimpulkan bahwa kita sebagai umat muslim harus mempunyai iman atau kepercayan terhadap sesuatu yang telah benar akan keberadaanya.
Dan menurut hadist Rasulullah bersabda (ketika ditanya oleh Jibril tentang permasalahan Iman) :
الإيمان أن تؤمن بالله و ملائكته و كتبه و رسله و اليوم الآخر و تؤمن باالقدر خيره و شره… رواه مسلم

“ Iman itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada taqdir Allah yang baik maupun yang buruk.
[HR. Muslim]

Dari hadits ini diterangkan bahwa kita harus beriman kepada Allah sebagai tuhan kita, malaikat Allah sebagai makhluk yang dipercayai oleh allah, rosul kita Muhammad SAW sebagai rosul atau nabi terakhir bagi kita, kita juga harus mempercayai akan adanya hari akhhir, dan kita juga harus percaya bahwa kita sudah di takdirkan dengan kehendak-Nya.
2.      Hukum Melaksanakan Iman
Di dalam kitab suci Al-Qur’an sudah di jelaskan bahwa kita sebagai umat islam harus mempunyai iman. Salah satunya terdapat di Q.S. AL A’raf : 96
7:96

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Dari ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa kita diwajibkan mempunyai iman. Apabila kita tidak mempunyai iman pasti akan mendapatkan ganjaran atau balasan di akhirat nanti.

B.     CABANG-CABANG IMAN

Iman itu mempunyai beberapa cabang, dan salah satu cabangnya yang palin tertinggi ialah mengucapkan lafaz laillahaillallah sementara cabang iman yang rendah ialah dengan menyingkirkan barang yang tidak baik di jalan. Dalam hadits juga sudah di terangkan tentang cabang-cabang iman itu sendiri, yang berbunyi :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits diatas kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya iman itu terbagi menjadi sekitar tujuh puluhan. Dan disini penulis akan menyampaikan beberapa cabang-cabang iman, diantaranya :



  1. Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Hati
1)      Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa Allah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya.
2)      Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya. Dialah yang Esa.
3)      Beriman kepada para malaikat.
4)      Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya.
5)      Beriman kepada para Rasul.
6)      Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu dating dari Allah.
7)      Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur, kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat.
8)      Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya.
9)      Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya.
10)  Mencintai ALLAH
11)  Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai para sahabat, khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan keturunannya.
12)  Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat atasnya, dan mengikuti sunnahnya.
13)  Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq.
14)  Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan mengulanginya lagi.
15)  Takut kepada Allah.
16)  Selalu mengharap Rahmat Allah.
17)  Tidak berputus asa dari Rahmat Allah.
18)  Syukur.
19)  Menunaikan amanah.
20)  Sabar.
21)  Tawadhu dan menghormati yang lebih tua.
22)  Kasih saying, termasuk mencintai anak-anak kecil.
23)  Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan.
24)  Tawakkal.
25)  Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa nafsu.
26)  Tidak dengki dan iri hati.
27)  Rasa malu.
28)  Tidak menjadi pemarah.
29)  Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan atau maker kepada siapapun.
30)  Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.

2. Yang Berhubungan dengan Lidah
31)  Membaca kalimat Thayyibah.
32)  Membaca Al Quran yang suci.
33)  Menuntut ilmu.
34)  Mengajarkan ilmu.
35)  Berdoa.
36)  Dzikrullah, termasuk istighfar.
37)  Menghindari bicara sia-sia.
3. Yang berhubungan dengan Anggota Tubuh
38)  Bersuci. Termasuk kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal.
39)  Menjaga shalat. Termasuk shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
40)  Bersedekah. Termasuk zakat fitrah, zakat harta, member makan, memuliakan tamu, serta membebaskan hamba sahaya.
41)  Berpuasa, wajib maupun sunnah.
42)  Haji, fardhu maupun sunnah.
43)  Beriktikaf, termasuk mencari lailatul qadar di dalamnya.
44)  Menjaga agama dan meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara waktu.
45)  Menyempurnakan nazar.
46)  Menyempurnakan sumpah.
47)  Menyempurnakan kifarah.
48)  Menutup aurat ketika shalat dan di luar shalat.
49)  Berkorban hewan, termasuk memperhatikan hewan korban yang akan disembelih dan menjaganya dengan baik.
50)  Mengurus jenazah.
51)  Menunaikan utang.
52)  Meluruskan mu’amalah dan meninggalkan riba.
53)  Bersaksi benar dan jujur, tidak menutupi kebenaran.
54)  Menikah untuk menghindari perbuatan keji dan haram.
55)  Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat, serta menunaikan hak hamba sahaya.
56)  Berbakti dan menunaikan hak orang tua.
57)  Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
58)  Menjaga silaturrahmi.
59)  Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama.
60)  Menegakkan pemerintahan yang adil
61)  Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
62)  Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
63)  Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
64)  Membantu orang lain dalam kebaikan.
65)  Amar makruh Nahi Mungkar.
66)  Menegakkan hukum Islam.
67)  Berjihad, termasuk menjaga perbatasan.
68)  Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
69)  Memberi dan membayar utang.
70)  Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
71)  Mencari harta dengan cara yang halal.
72)  Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
73)  Memberi dan menjawab salam.
74)  Mendoakan orang yang bersin.
75)  Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
76)  Menghindari permainan dan senda gurau.
77)  Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.

Dengan terbagiunya iman itu, semoga kita menjadi lebih tahu dan mengamalkan iman kita terhadap sang maha kuasa supaya kita sebagai umat muslim menjadi lebih bertaqwa dengan cara mengamalkan perbuatan-perbuatan baik dan menjauhi segala larangan Allah SWT.

Iman  itu mempunyai tingkatan, dan di sini penulis akan menyampaikan beberapa tingkatan iman.
Tingkatan-tingkatan Iman:
Iman itu memiliki rasa, manis dan hakekat.
1.       Adapun rasanya iman, maka Nabi Muhammad SAW menjelaskan dengan sabda-Nya: "Yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepada Allah  sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai agama, danMuhammad r sebagai rasul." (HR. Muslim)
2.      Adapun manisnya iman, maka Nabi Muhammad SAW menjelaskan dengansabdanya: "Ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang,niscaya dia merasakan nikmatnya iman: bahwa Allah I dan Rasul-Nya r lebih dicintainya dari apapun selain keduanya, dia tidakmencintai seseorang kecuali karena Allah I, dan dia benci kembalikepada kekafiran sebagaimana dia benci dilemparkan dalam apineraka." (Muttafaqun 'alaih)
3.      Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan oleh orang yang memiliki hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah, berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak.
C.    HIKMAH BERIMAN
1.      Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT yang telah mengutus para rasul untuk menyampaikan risalahnya.
2.      Hidup manusia menjadi tertata karena adanya hukum yang bersumber pada kitab suci.
3.      Termotovasi untuk beribadah dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama, seperti yang tertuang dalam kitab suci.
4.      Menumbuhkan sikap optimis karena telah dikaruniai pedoman hidup dari Allah untuk meraih kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
5.      Terjaga ketakwaannya dengan selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua lara.
6.      Rajin beribadah kepada Allah SWT.
7.      Menumbuhkan rasa senang untuk berperilaku yang baik.
8.      Terdorong untuk menghindari perbuatan dan perilaku yang tidak baik maupun tercela.
9.      Menambah rasa keyakinan kita terhadap Allah SWT, Kitab Allah, Malaikat Allah, Rosul Allah dan Harin Akhir.
10.  Menambah ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Jadi kita sebagai manusia harus mempunyai rasa iman terhadap Allah SWT, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitap Allah, Rasul-rasul Allah, hari akhir dan Qada dan Qadar.
Dengan cara mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik, dan meningkatkan ibadah kita terhadap Allah SWT.

B.     Saran
Jadi kita sebagai manusia di dunia ini harus diwajibkan mempunyai iman. Karena dengan adanya iman kita menjadi yakin bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini hanya kehendak sang maha kuasa. Dengan begitu marilah kita sebagai umat muslim meningkatkan iman kita terhadap Allah SWT.








DAFTAR ISI

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2009, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta.
                   http://muslimah.or.id/aqidah/cabang-cabang-iman.html



Akhlak Sebagai Keberhasilan Tubuh

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Akhlak merupakan suatu perilaku yang dilakukn setiap hari oleh manusia. Secara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti. Jadi akhlak juga bisa dikatakan adalah budi pekerti yang tercermin dari seseorang melalui perilaku yang dilakukan setiap hari.
Akhlak sebenernya terbagi dua, yaitu akhlak baik atau terpuji dan akhlak buruk atau tercela. Akhlak terpji misalnya ialah berkata jujur, tidak berdusta, memelihara diri dari maksiat, sedangkan akhlak tercela ialah dusta, ingkar janji, berbohong dan lain sebagainya.
Disini penulis akan menjelaskan tentang akhlak, baik pengertian, macam-macam dan cara berkhlak yang baik. Dengan  kita berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari insya allah akan menjaga kesehatan tubuh kita. Karena sebenernya apabila kita mempunyai akhlak yang baik akan menjadikan hati kita ini bersih, dan didalam hati yang bersih pasti tubuhpun akan bersih. Tak hanya itu, apabila hati ini bersih dan berakhlak baik manusia akan merasa senang dan berfikir positif terhadap kita. Dengan begitu kita akan mempunyai kepercayaan yang diberikan oleh orang lain, dengan begitu tidak hanya tubuh aja yang akan berhasil akan tetapi kehidupan kita didunia ini juga akan berhasil.
Kita dapat mencari sumber akhla itu dari kepribadian Rosulullah ataupun mengambil sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah SWT. Karena sebenernya akhlak yang mulia yang diajarkan oleh islam berkaitan erat dengan rasa tanggung jawab dann kesiapan menunaikan apa yang dituntut oleh tanggung jawab tersebut.
Kita sadar bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa, tetapi apa salahnya apabila kita mencoba untuk sealu berbuat baik dengan menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupan kita. Semoga makalah ini menyadarkan kita untuk selalu berakhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.



B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian akhlak?
2.      Macam-macam akhlak?
3.      Bagaimana cara berakhlak yang baik?

C.    Tujuan

1.      Ingin mengetahui lebih luas dan mendalam tentang akhlak.
2.      Mengajak seluruh umat muslim untuk menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari  - harinya.
3.      Supaya kita menjadi lebih bertakwa kepada Allah SWT dengan cara berakhak yang baik dan menjadikan tubuh kita berhasil.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akhlak

Akhalak adalah cerminan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, definisi akhlak juga bisa dikatakan sebagai moral atau nilai yang mempunyai dua pokok yaitu :
·         Moral yang terah pada kehendak dan diwarnai dengan nilai-nilai yang tekandung dalam ajaran islam.
·         Kepribadian yang mencakup pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku.
Secara etimologi (laughtan) akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, peranggai, tingkah laku atau tabiat. Kata akhlak berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq yang beerarti penciptaan, makhlu yang berarti diciptakan dan kata khalq yang berarti penciptaan.[1]
Persamaan akar kata diatas mmenunjukan bahwa akhlak adalah keterpaduan antara kehendak sang pencipta dengan manusia. Dengan kata lain yaitu suatu tata perilaku yang dilakukan oleh manusia terhadap orang lain dan lingkungannya yang mengandung budi pekerti atau nilai yang didasarkan atas kehendak sang pencipta. Dari pengerrtian ini mengisyaratkan bahwa akhlaq bukan hanya tata cara berperilaku terhadap manusia, tetapi juga merupakan tata cara kita terhadap Allah SWT, lingkungan dan alam sekitat.
Akhlak juga merupakan moral yang sudah tersistematis secara lengkap yang terdiri dari karateristik-karateristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karateristik yang ada pada seseoang akan membuat pola pikir seorang tersebut aan menjadikan kerangka psikologi yang akan terrealiasasi melalui perilaku yang diterapkan setiap hari.
Untuk meletakan segala perkara pada tempatnya yang sebenarnya, dan untuk sikap seimbang  antara akal dan wahyu, serta untuk menghormati agama-agama langit, dengan tujuan agar gambaran akhlak dalam islam itu jelas, sehingga dapat diketahui hakikat dan dimensinya, maka untuk itu semua kami paparkan definisi akhlak menurut dua orang saja dari ulam islam, dari sekian banyak ulama yang berbicara tentang akhlak diantaranya.[2]
1.      Imam Abu Hamid Al Ghazali (w 505 H)
Kata al-Qhalaq’fisik’ dan Al-Khuluq’akhlak’ adalh dua kata yang sering di pakai secara bersamaan seperti redaksi bahasa arab ini, fulaan khusnu Al-Khalaq wa al-Khuluq yang artinya ‘ sifulan dan baik lahirnya juga batinnya”. Sehingga yang dimaksut degan kata akhlaq adalah bentuk lahirnya sedangkan al-khuluq adallah bentuk batinnya. Kata Al-Khuluq merupakan suatu sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan syariat maka sifat tersebut dinamakan akhlaq yang baik. Sedangkan yang terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut dinamakan akhlak buruk atau tecela.

2.      Muhammad Bin Ali Al-Faruqi At-Thhanawi (q 1158 H)
Lia berkata, “Akhlak adalah keseluruhannya kebiasaaannya, sifat alami, agama, harga diri.
Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa diawali berfikir panjang, merenung dan memaksakan. Sedangkan  sifat-sifat yang tidak tertanam dalam diri, kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak. Demikian juga, sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan sulit dan berfikir panjang, seperti orang bakhil, ia beruasaha jika demikian maka tidaklah dinamakan akhlaq.[3]
            Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa akhlak merupakan suatu tindakan yang dilakukan seseorang tanpa ada pemikiran panjang dan tanpa ada pemaksaan. Akhlak juga merupakan suatu sistem yang terdiri dari nilai, morl, dan etika. Apabila semua hal itu dilakukan dengan baik maka akan terlahir akhlak yang baik juga apabila sebaliknya maka akn lahir akhlak buruk.

B.     Sumber akhlak dalam islam

Dari keterangan pengertian diatas tidak pantas apabila tidak ada sumber untuk mengatakan akhlak itu baik ataupun buruk. Akhlak dalam islam bersumber dari pedoman hidup umat islam yaitu Al-qur’an dan As-Sunnah.
           
Manusia terlahir dalam keadaan fitrah atau suci, yang berarti hati nurani yang ada didalam diri manusia sebenernya juga suci. Hati yang suci ini akan melahirkan akhlak yang baik, tetapi manusia merupakan makhluk yang bertumbuh dan makhluk sosial, maka hati nurani yang bersihpun dapat menjadi kotor yang diakibatkan dengan pergaulan, baik pergaulan dimasyarakat, keluarga ataupun dalam masa pendidikan. Betapa banyak hati manusia yang sudah tertutupi sehingga mereka lupa bahwa mereka hanyalah makhluk biasa dimata sang pencipta. Semoga kita semua yang membaca makalah ini bukan salah satu dari manusia yang penulis jelaskan diatas. Oleh karena itu ukuran baik dan buruknya akhlak tidak dapat diserahkan sepenuhnya oleh hati nurani dan fitrah manusia semata harus dikembalikan kepada penilaian syara’. Semua keputussan syara tidak akan bertentangan dengan hati nurani manusia, karaena syara’ bersumber kepada Al-Quran dan Sabda Rosulullah SAW yang semuanya itu berasal dari Allah SWT.
           
Demikianlah tentang hati nurani dan akal pikiran, pandangan masyarakat juga dapat dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk. Masyarakat yang hatinya sudah tertutup dan akal pikirannya sudah dikotori oleh sikap dan perilaku yang tidak terpuji tentu tidak bisa dijaikan ukuran. Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.[4]

C.    Macam-macam Akhlaq

Akhlak yanng baik dan buruk dapat dinilai seseorang apabila itu dterapkan dalam kehidupan. Sementara dalam hal ibadah ada tata cara akhlak baik kepada manusia, ara malaikat, rosullullah dan Allah SWT. Penulis akan menjelaskan beberapa cara akhlak yang baik.

1.      Akhlak Terhadap Allah SWT

a.       Takwa
Taqwa berarti memelihara diri dari segala dosa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa taqwa adalah salah satu usaha memelihara diri dari semua perbuatan keji dann mungkar. Dan taqwa kepada Allah berarti melaksanakn semua perintahnya dan menjauhi larangannya. Allah SWT berfirman dalam kitabnya surat Al Hasyr ayat 18 yang artinya :
“hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklaha setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

b.      Muraqbah
Berarti kesadaran seorang muslim bahwa diri dan pribadinya senantiasa dalam pengawasan dan pengamatan Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Mengawasi segala sesuatu, kesadaran itu tumbuh dari keimanannya bahwa Allah itu bersifat ilmu, bashar, sama’ (mengetahui, meihat, dan mendengar).[5]

c.       Cinta kepada Allah SWT.
d.      Takut kepada Allah SWT
e.       Berharap kepada Allah Swt.

2.      Akhlak terhadap Rosulullah SAW

Akhlak yang dapat kita terapkan ialah meyakini bahwa rosulullah itu adalah nabi dan rosul yang ditunjuk oleh Allah SWT sebgai rosul terakhir. Adapun akhlak terhadap rosulullah yaitu mencintai rosulullah, menghormati dan memuliakan Rosulullah SAW.
Selain itu Rosulullah juga merupakan seorang rosul yang dapat dijadikan sebagai contoh untuk berakhlak yang baik, karena didalam diri rosulullah terdapat sifat-sifat yang baik yaitu tabliq, sidiq, amanah dan fatanah.

3.      Akhlak terhadap para malaikat, kitab allah dan rosullnya
Akhlak yang benar kepada para malaikat, kitab dan para rosulnya Allah memiliki korelasi yang kuat dengan akidah yang benar terhadap Allah. Bahkan bisa dkatakan bahwa akidah kepada malaikat, kitab dan rosul merupakan buah dari akidah kepada Allah. Dengan kata lain barang siapa beriman kepada Allah niscaya akan beriman kepada para malaikat, kitab-kitab Allah, dan rosul-Nya.[6]

D.    Akhlak Pribadi (Al-Akhlaak Al-Fardiyyah)

Disinilah letak akhlak yang baik dan bruk yanng dapat dinilai oleh seseorang. Dan darisini juga akhlak merupakan suatu kunci untuk menjadikan tubuh itu berhasil, berhasil yang dimaksut ialah bukan hanya berhasil menjaga kesehatan tubuh tetapi berhasil juga dalam menjalankan ibadah yang dilakukannya.

1.      Akhlak baik atau terpuji

a.       Jujur
Jujur adalah mengatakan yang benar dan terang atau memberi kabar sesuai dengan kenyataan yang diketahui kepada seseorang. Rosulullah memerintahakan kita untuk selalu berkata jujur, karena jujur akan mengantarkan sifat kepada kebaikan dan orang yang baik akan masuk surga.

b.      Amanah
Amanah mengandung arti yaitu dipercaya, kata amanah memiliki dua pengertian yang sempit dan pengertian yang luas, dalam pengertian yang sempit adalah mengembalikan sesuatu kepada seseorang yang menitipkan kepadanya. Sementara dalam arti luas amanah mencakup banyak hal yaitu menyimpan rahasia orang lain, menjaga kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri, ikhlas memberikan nasihat dn menyampaikan sesuatu secara benar, jujur dan tanpa ada dusta serta kebohongan.

c.       Memelihara diri dari maksiat (Al Iffatu)
Iffa yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan juga berarti menjaga kehormatan diri dari segala sesuatu yang merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Bentuk-bentuk iffa ialah:
1.      Memelihara faraj atau kemaluan yang haram.
2.      Kebersihan jiwa dan kejujuran.
3.      Engan meminta-minta dalam keadaan membutuhkan sekalipun.

2.      Akhak buruk atau tercela
a.       Memaki dan mencela
Ucapan yang dikeluarkan lidah menjadi ukuran kemahiran dan derajat seseorang. Teringat kata peribahasa “mulutmu harimaumu” yang berarti kita harus menjaga mulut dari hal-hal yang buruk salah satunya ialah memaki dan mencela seseorang.
b.      Berkata kotor
“sungguh allah sangat murka kepada perbuatan keji dan lidah kotor” (H.R. Tabrani)
Dari hadits diatas sudah jelas bahwa Allah melarang untuk berkata kotor, berkata kotor ialah mengeluarkan kat-kata yang tabu, jorok dan porno atau sumpah serapah.
c.       Ghibbah
Ghibbah adalah menyebut atau memperkata orang lain di belakag dirinya dengan apa yang dibencinya. Rosulullah SAW bersabda
“tahukah kalian, apa ghibah itu?” mereka (para sahabat) berkata: “Allah dan Rosulnya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Ghibbah itu ialah egkau menyebut-yebut saudarmu dengan perkara yang tidak kau sukai.” Seorang berkata: “bagaimana kalau pada diri saudaraku itu memang sebagaimana yang saya katakan?” beliau bersabda: “kalau pada dirinya memang ada sebagaimana yang engkau katakan, sungguh enkau telah menggunjing dia; dan kalau pada dirinya tidak seperti yang engkau katakan, sungguh engkau telah berbuat kebohongan (fitnah)” (HR. Muslim)
d.      Munafik
Munafik ialah orang yang selalu berbohong dan penuh kepura-puraan, ketika kepada orang-orang mukmin dirinya mengatakan beriman, tetapi ketika bersama orang kafir dia juga ikut kafir. Allah SAW bersabda dalam Q.S An-Nisa : 145 yang artinya :
“sesunguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang palin bawah dari nerak, dan kamu sekali-kali tidak akan mendaat seorang penolongpun bagi mereka”[7]


E.     Akhlak Sebagai kunci Keberhasilan Tubuh

Kenapa akhlak bisa sebagai kunci keberhasilan tubuh? Karena akhlak adalah suatu perilaku yng diterapkn dalam kehidupan sehari-hari yang dijalankan dengan kehendak akal dan hati. Akal akan selalu jernih apabila hati itu suci. Karena sesungguhnya didalam hati yang suci terdapat jiwa yang sehat, sebahgaimanna sabda Rosulullah SAW yang artinya :
“ketahuilah bahwa sesungguhnya didalam tubuh manusia terdapat ada segumpal darah beku, yang apabila ia baik (sehat) maka baik pula seluruh jasadnya, dan bila ia buruk (sakit) maka buruk pula semua jasadnya, ketahuilah, ia adalah Qalbu (hati).” (H.R. Bukhori)

Maksut dari hadits tersebut ialah bahwa sebenernya didalam hati manusia yang bersih akan terdapat jiwa yang sehat, hati yang bersih ialah hati yang jauh dari akhlak tercela dan selalu menerapkan akhlak-akhlak terpuji. Akhlak-akhlak tercela yaang akan terus menerus dipelihara akan menjadikan hati akan menjadi kotor, dan apabila hati kotor akal pikirn pun selalu berfikir negatif yang membuat tubuh melemah.

Diantara penyakit-penyakit hati yang ada ialah munafik, buruk sangka, dengki, riya, takabur dan lainnya.
Sebenernya jika hati itu sakit maka jasadnya akan ikut sakit juga sebagaimana firman allah dalam surat Al- Baqarah ayat 9-10 yang artinya :

9. mereka hendak menipu allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
10. dalam hati mereka ada penyakit, lalu di tambah allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.

Selain itu Allah juga berfirman dalam surat lain
“dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lailakan dari mengingat kami, serta menuruti bahwa nafsunya dan adalah keadaan nya itu lewati batas.” (Q.S. Al-Khafi :28)

Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa penyakit hati itu akan ada apbila kita mengikuti hawa nafdu yang ada pada diri kita. Dan di ayat yang lainnya menjelaskan bahwa orang yang mempunyai penyakit hati maka allah akan menambah penyakit hati lainnya. Oleh sebab itu kita jamgamlah menjaga penyakit hati daan berbuatlah yang baik sesuai yang terkandung dalam al-qur’an dan as-sunah.

Maka dari itu akhlak adalah kunci utama bagi tubuh, selain itu akhlak juga kunci utama bagi keberhasilan sesorang dalam meraih kesuksesaan.





















BAB III
KESIMPULAN

Akhlak adalah cerminan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak juga merupakan moral yang sudah tersistematis secara lengkap yang terdiri dari karateristik-karateristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.

Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji adalah akhlak yang baik-baik yang mengandung moral dan nilai-nilai yang benar dan bisa diterima. Sedangkan akhlak tercela adalah akhlak yang tidak baik yang tercermin dari perilaku sehari-hari seperti, memaki, mencela, ghibah, namimah dan lain sebagainya.

            Sumber akhlak dalam agama islam ialah pedoman umat islam yaitu Al-Qur’an dan al-hadits. Selain itu sumber akhlak dapat juga kita dapatkan dari asmaul husna dan mencontoh perilaku Rosulullah SAW.

Akhlak bisa menjadi kunci sebagai keberhasilan tubuh apabila seseorang itu mempunyai akhlak yang baik. Kaena apabila seseorang memiliki akhlak yang baik mempunyai hati yang bersih, kalau hatinya bersih itu pasti terdapat jasad yng sehat.

Semoga kita sebagai orang mukmin yang bertaqwa selalu menerapkan akhlak-akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari.




DAFTAR PUSTAKA

Moh. Anwari, 2008, Akhlak, Yogyakarta, Emgain Press.
Abdul Halim Mahmud dan Abdul Hayyi, E Al-Katyani at all, 2004, Akhlak Mulia, Jakarta.
Mustafa al-‘Adawy, 2005, Akhlak Fiqih, Jakarta, Qisthi Press.
Umar. Syamsu 2009, Qalbun Salim Hati Sesejuk Embun, Bandar Lampung.
Chamdun. Husni Rahim,  dkk,  1999, Pendidikan Agama Islam Untuk Sisswa SMU Kelas III,  Jakarta, Diriktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.




[1] Moh. Anwari, 2008, Akhlak, Yogyakarta, EMGAIN Press. Hlm 1.
[2] Ali Abbul Halim Mahmud dan Abdul Hayyie Al-kattani at all, 2004, Akhlak Mulia, Jakarta, Hlm. 23-26.
[3] Ibid, Hlm. 23-26
[4] Op. Cit. Hlm. 5-7.
[5] Ibid. Hlm. 27-44
[6] Op. Cit. Hlm. 88.
[7] Ibid. Hlm. 102-106.